IDUL ADHA MEMILUKAN DAN MEMALUKAN

| |

Seperti tahun-tahun sebelumnya saya sholat ied di tempat yang dekat dengan tempat tinggalku. Pagi-pagi berkumpul di belakang masjid dekat rumah, berbaur dengan masyarakat sekitar dan mahasiswa asing lainnya. Usai melaksanakan sholat ied, seperti rutinitas biasanya di Masjid Assalam masyarakat Indonesia yang ada di Mesir berkumpul untuk merayakan ied bersama. Walaupun tidak bertemu langsung dengan sanak saudara di tanah air, setidaknya kehadiranku di Masjid Assalam bisa mengobati sedikit kerinduan akan suasana hari raya di tanah air.

Dengan semangat aku mengajak temen-temen serumah untuk pergi ke Masjid Assalam, mengikuti ramah tamah bersama teman-teman dan saudara setanah air. Tiba di Masjid Assalam acara sholat ied telah usai. Saya bersama temen-temen langsung masuk ke pelataran masjid melalui gerbang utama. Di sana sudah berdiri beberapa petugas yang membagikan kupon untuk mengambil jatah makan. Dalam benakku, bagus juga ide membagikan kupon ini, agar tidak terjadi kecurangan-kecurangan ataupun masalah dalam pendistribusian makanan. Namun ketika sampai di tempat pembagian makan ternyata jatah makan sudah habis. Saya lihat ternyata yang belum dapat makan bukan hanya saya, tapi temen-temen yang lainpun masih banyak yang belum mendapatkan jatah makan. Dengan bermodalkan selembar kupon aku mengajak beberapa temen-temen untuk mengambil makanan di tempat putri. Namun sesampai digerbang ada panitia yang bilang kalau kita tidak usah ke tempat putri, cukup menunggu sebentar nanti jatah makanan akan diambil dari tempat putri. Tapi sebagian mahasiswa tetap keluar gerbang menuju gerbang putri untuk mengambil jatah makan. Akupun mengikuti mereka.

Setiba di gerbang putri di sana sudah menunggu dua orang local staff KBRI Cairo, yang satu membagikan jatah makanan kepada teman-teman mahasiswa yang memberikan kupon dan yang satu lagi mengawasi dan menjaga gerbang putri. Sembari menunggu dapat jatah makan saya melihat ada beberapa ibu-ibu Mesir yang ingin masuk ke bagian tempat makan putri. Petugas yang menjaga gerbang langsung melarang dan melerai agar mereka tidak masuk. Saya sempat miris melihatnya. Beberapa ibu-ibu dengan pakaian masyarakat biasa disuruh pergi dari depan gerbang. Malu rasanya. Betapa tidak, selama ini saya ataupun teman-teman mahasiswa sering mendapatkan bantuan dari orang-orang mesir yang kalau diuangkan harganya jauh lebih mahal dari satu porsi makanan yang mereka minta. Bahkan kemarin saya sendiri yang ikut menerima sumbangan daging dari dermawan Mesir. Ya Robbi, sepantasnyakah kebaikan masyarakat Mesir dibalas dengan cara seperti itu.

Di satu sisi memang ada betulnya tidak membolehkan masuk ibu-ibu Mesir ke dalam tempat makan putri. Bisa jadi setelah mereka mendapat makanan, kemudian memanggil teman-teman mereka yang lain. Tapi saat itu saya lihat jumlah mereka tidak lebih dari 10 orang, apakah tidak ada jatah lebih dalam benakku. Masa untuk memberikan jatah lebih saja KBRI tidak mampu, padahal ada anggaran tersendiri untuk hal ini, apalagi acara seperti ini hanya ada 2X dalam setahun. Kalaupun ada lebih jatah porsi makanan insya Allah tidak mubazir, karena bisa dibawa pulang untuk makan siang atau makan malam.

Saat pembagian jatah makanan di depan gerbang beberapa mahasiswa ada yang punya ide untuk mengumpulkan kupon dan langsung mengambil dalam porsi banyak sesuai kupon yang ada, mungkin itu dilakukan untuk membantu mengurangi kerumunan orang yang berebut mengambil makanan. Akupun mengikuti langkahnya. Kukumpulkan 4 kupon punya teman-teman termasuk saya dan langsung meminta kepada petugas yang ada. Alhamdulillah petugas dari KBRI yang membagikan makanan langsung memberikan jatah makan sesuai kupon yang kuberikan kepadanya. Namun tiba-tiba petugas dari KBRI yang menjaga gerbang melarang saya untuk mengambil empat porsi. Saya sempat kaget, karena dia melarang saya dengan nada yang tidak etis untuk diucapkan seorang pejabat KBRI kepada mahasiswa. Seharusnya ucapan seperti itu hanya cocok dilontarkan untuk seorang babu ataupun bawahan dia. Dalam hatiku kenapa dia melarang saya, padahal saya sudah menyerahkan kupon kolektif, dan saya tidak mengambil melebihi jatah yang ada. Sambil menahan emosi saya lebih memilih mundur dari gerbang dan memberikan jatah makanan ke teman-teman saya yang sudah mengumpulkan kupon tadi. Oh ya, ada yang lupa, ternyata saya belum mengambil jatah minuman, akhirnya saya mengambil jatah minuman, tapi mengambilkan bukan dari tempat yang sama, untuk menghindari agar tidak terbawa emosi.

Tiba-tiba datang seorang bapak yang tidak asing lagi menurutku. Karena beliau saya pandang lebih banyak jasanya dibanding “Penjaga Gerbang” tadi. Beliau adalah orang yang menjadi donatur dalam penyaluran beasiswa BWAKM. Ketika beliau akan masuk gerbang tiba-tiba penjaga gerbang tadi melarang dengan suara yang menurut saya tidak sopan dan tidak etis untuk diucapkan dari seorang pejabat KBRI. Ternyata beliau ingin ketemu istrinya di dalam ruang makan putri, namun penjaga gerbang malah bilang “Ditelpon saja”. Lagi-lagi saya menyayangngkan nada bicaranya yang menurut saya kurang sopan. Saya lihat bapak tersebut hampir naik pitam karena mendapatkan perlakuan tersebut dari penjaga gerbang ini. Untungnya ada salah seorang local staff yang datang dan langsung bilang ke penjaga gerbang “Dia adalah bapak N” sembari menggandeng bapak N tadi ke dalam gerbang. Saya tahu local staff yang membawa bapak itu dulunya adalah pengurus BWAKM dan sangat dekat dengan bapak N tadi.

Hanya menahan nafas. Dengan bermodalkan selembar kupon makan, dari jauh saya lihat banyak mahasiswa yang berebut untuk mendapatkan jatah makanan mereka. Pemandangan yang memalukan dan memilukan dalam hatiku. Selama saya hidup di Mesir dan berkali-kali mengikuti ied bersama masyarakat Indonesia yang lainnya, belum pernah ada kejadian yang memalukan seperti saat ini. Bagaimana tidak, mereka berebut jatah makanan di depan gerbang yang posisinya pas di depan jalan raya tempat lalu lalang kendaraan umum dan orang banyak. Seharusnya pemandangan seperti ini tidak perlu terjadi bila sistim pendistribusiannya tertata dengan baik.

Pada akhirnya jatah makanan habis. Dalam benakku, sepertinya ada yang aneh. Kenapa mereka tidak mendapatkan jatah makanan padahal mereka sudah mendapatkan kupon. Seharusnya dengan adanya kupon bisa meminimalisir terjadinya penyalahgunaan distribusi jatah makanan. Kalau alasan mereka tidak mendapatkan jatah makanan karena mereka datang terlambat dan tidak dapat kupon, menurut saya itu masih wajar. Karena bisa saja KBRI menyediakan jatah makanan misalnya 2000 porsi, kemudian mereka datang setelah jatah kupon 2000 habis. Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa orang-orang yang sudah menerima kupon ternyata mereka tidak mendapat makanan. Kemanakah larinya makanan tersebut? Haruskah KBRI memberikan jatah porsi makanan yang pas ataupun kurang dibandingkan memberi jatah makanan lebih? Seharusnya KBRI dengan financial yang ada mampu untuk memberikan jatah lebih untuk porsi makanan hari raya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Memang lebaran sebelumnya ada kabar banyak sisa makanan, karena masyarakat Indonesia yang datang ke Masjid Assalam sedikit. Namun pengurangan jatah porsi yang terlalu drastis menurut saya itu suatu kebodohan yang justru bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan malah merusak citra KBRI sendiri yang seyogyanya menjadi wakil pelayanan masyarakat di luar negeri.

Entah siapa yang harus disalahkan, apakah KBRI yang mempunyai otoritas dana dan pemegang tender, atau PPMI yang setahu saya setiap ada acara yang berkenaan dengan mahasiswa mereka selalu dilibatkan, atau oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab? Tidak seharusnya momen untuk saling bermaafan berubah dengan momen yang menyedihkan.
Mudah-mudahan wajah “penjaga gerbang” tadi bukanlah cerminan bapak-bapak KBRI yang ada, yang tidak seyogyannya memperlakukan mahasiswa seperti seorang babu ataupun bawahannya. Mudah-mudahan kejadian ini tidak terulang lagi dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan kedepannya ada jatah lebih sehingga kita bisa memberi makan beberapa ibu-ibu Mesir yang meminta makanan, karena setahu saya kita, khususnya masyarakat Indonesia yang ada di Mesir banyak berhutang budi dengan masyarakat Mesir. Tidak sepantasnya kita membalas kebaikan dengan keburukan. Mudah-mudahan…. Mudah-mudahan…. dan mudah-mudahan….


NB: Saya menulis catatan ini hanya sekedar ingin kedepan semuanya lebih baik. Bila ada pihak yang merasa dirugikan saya minta maaf. Taqobballahu minna wa minkum, Kullu ‘amin wa antum bi khoirin. Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H. Mohon maaf lahir dan batin.

Sumber


Artikel Terkait:

Diposting Oleh Muhammad Syafi`i Tampubolon on 16.38. Ada diarsip . Bagi yang ingin mengomentari bisa melaluiRSS 2.0. Berikan komentar anda yang sifatnya membangun blog ini, untuk semua itu aku ucapkan terimakasih

0 komentar for "IDUL ADHA MEMILUKAN DAN MEMALUKAN"

Leave a reply